Sebenarnya sangat mudah membedakan antara orang pelit dan ngirit namun banyak yang terjebak pada penampilan permukaan saja. Coba mari kita perhatikan perubahan sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Fenomena aneh yang saya amati di kehidupan sehari-hari, ada dua orang yang dalam menjalani hidup ini yang menurut saya agak aneh : Kenapa ? Orang yang pertama seorang pengusaha yang hidup berkecukupan dan sanggup menghabiskan duit untuk barang mewah yang tidak perlu, sedangkan orang yang kedua bekerja sebagai buruh pabrik dan rela ngutang ke temen-temennya untuk membeli handphone android terbaru karena trend agar terlihat sukses ketika pulang kampung.
Orang yang pertama sebenarnya merasa muak karena terpaksa ikut-ikutan ngabisin duit yang gak perlu buat menjaga sebuah gengsi. Dia bilang kalau dia tidak ikut-ikutan beli barang bermerek, dengan penghasilan dan status dia sebagai pengusaha sukses di lingkungannya dia tidak mau di ledeki orang-orang di sekitarnya “Pelit loe!”.
Sementara orang kedua yang menghabiskan duit yang sebenarnya dia tidak punya duit untuk membeli barang yang mungkin sebagai profesi sebagai buruh pabrik dia anggap terlalu ‘canggih’ dan tidak sesuai sama keperluan dia (not fit for purpose).
Dari kedua contoh orang diatas ada satu asumsi yang tak tersirat tampaknya sedang merasuki gaya hidup masyarakat sekarang: “Semakin besar uang yang bisa dihabiskan untuk barang (gak peduli barangnya perlu atau tidak) maka dirinya merasa semakin makmur dalam kehidupannya” biar dianggap oleh lingkungan sekitar memiliki status sosial yang tinggi karena tidak ketinggalan trend yang sedang berkembang saat ini.
Artikel ini saya posting untuk pertama kali di postingan blog saya (masih pertama kali posting he he he) ini karena menanggapi fenomena sosial yang saya uraikan diatas. Saya akan mencoba mengupas makna “Pelit dan Ngirit” dari dua fenomena diatas, pengertian Pelit secara umum adalah orang yang hidup sengsara, penimbun uang serta harta benda yang umumnya sering kali hidup menderita. Sementara Ngirit memiliki pengertian hidup hemat secara ekonomis, tanpa pengeluaran yang tak perlu secara cermat. Dengan kata lain bahwa orang yang pelit cenderung memilih hidup yang sengsara sementara orang yang ngirit atau hemat justru kelihatan tidak sengsara meskipun pengeluaran yang mereka keluarkan kurang lebih sama, untuk lebih jelasnya saya berharap ilustrasi berikut ini bisa lebih memperjelas perbedaannya;
Orang yang Pelit biasanya akan selalu berusaha mendapatkan Harga dan Kualitas barang yang TERMURAH tanpa mempedulikan apakah kualitasnya sesuai dengan keperluannya (fit for purpose). Berbeda dengan orang yang ngirit, Harga dan Kualitas tentu saja masih menjadi faktor penentu untuk membeli sebuah barang dan berani untuk membayar sedikit lebih mahal untuk mendapatkan kualitas barang yang bagus serta masih mempertimbangkan apakah kualitas barang memang perlu untuk kebutuhanya.
Nah…!!!! Anda tergolong yang mana ?
Mitos yang salah tentang Pola Hidup Ngirit
1. Ngirit identik mentalnya dengan orang miskin
Anggapan yang sangat keliru mengenai pola hidup ngirit yang dianggap sebagai mentalnya orang miskin. Justru banyak orang hebat dan kaya yang senantiasa menerapkan pola hidup ngirit. Berhemat atau ngirit tidak menjelaskan atau mencerminkan bahwa seseorang miskin. Justru dengan pola tersebut yang dinamakan pola hidup cerdas, karena mampu mengatur pengelolaan keuangan secara efektif dan efesien dalam hidupnya. Bagi yang bisa menerapkan pola hidup ngirit justru seharusnya bangga karena pola hidup tersebut tidak akan menunjukkan seseorang nampak miskin dan berakibat menjatuhkan gengsinya. Justru dengan bersikap ngirit atau hemat akan menonjolkan kepribadian seseorang yang sesungguhnya, karena pola hidup ngirit atau hemat akan membentuk seseorang bersikap sesuai dengan kondisi keuangannya sehingga akan lebih bijaksana dalam menghadapi hidupnya.
2. Karena ngirit, hidup jadi sengsara
Dengan berhemat atau ngirit, maka hidup seseorang akan menjadi sengsara. Hal ini merupakan asumsi atau anggapan yang salah kaprah. Ingat !!! Tidak ada resiko menjadi sengsara dan miskin bila seseorang menerapkan pola hidup ngirit. Dengan pola hidup ngirit justru akan banyak sekali manfaat yang diperoleh dan menjadikan sebagai pribadi yang lebih bisa menghargai orang lain, mandiri, dan berempati. Dengan bersikap ngirit tidak akan menjadikan seseorang menjadi sengsara karena ngirit adalah sesuatu yang tidak akan merugikan siapapun.
3. Membeli kendaraan mewah adalah investasi
Salah satu mitos yang juga salah kaprah antara lain seperti membeli kendaraan mewah sebagai media investasi, yang harus dipertimbangkan adalah bahwa mobil juga mempunyai waktu kadaluarsa mesin atau tahun mesin. Artinya setelah beberapa waktu tertentu, kendaraan mewah tersebut akan mengalami penurunan performa yang tentu harganya juga akan turun. Ditambah dengan terus bermunculannya model kendaraan yang terus berkembang maka kendaraan yang dianggap investasi tersebut akan mengalami kerugian bila dijual kembali.
4. Buat apa ngirit kalau nggak akan dibawa mati
Hidup tidak lepas dengan yang namanya “Keluarga”, untuk itu jangan pernah melupakan anak anak cucu. Sebagai generasi penerus kebaikan sebuah keluarga, maka mulailah bersikap atau melakukan pola hidup ngirit atau hemat, hal ini selain akan memberikan manfaat finansial kepada diri seseorang juga akan memberikan manfaat bagi anak cucunya. Kebiasaan hidup ngirit walaupun bergelimang harta, justru akan memberikan pendidikan pada keluarga yang kelak akan dijadikan acuan oleh anak cucu sejak kecil. Kebiasaan tersebut akan selalu tertanam dan terus berlanjut dalam benak pikiran serta segala aktifitas dan tindakan penerus keluarga.
5. Orang ngirit itu gak bisa punya banyak teman
Benarkah pertemanan ditentukan dan dilandaskan atas dasar uang semata ? Jika pertemanan seseorang hanya berdasarkan uang, bukan tidak mungkin suatu saat akan saling meninggalkan jika salah satu sudah tidak memiliki uang lagi. Sebaiknya mulailah dari sekarang untuk lebih selektif lah dalam memilih teman, teman yang benar-benar baik dan bisa menjadi teman dalam situasi apapun, carilah teman yang tidak akan berpotensi mengkhianati, meninggalkan kita saat sedang kesusahan, atau bahkan dapat membantu kita disaat mendapatkan atau mengalami kesulitan atau masalah. Lebih baik memiliki sedikit teman yang loyal daripada memiliki banyak teman tapi hanya akan datang disaat kita punya banyak uang dan menjauh pergi ketika uang sudah habis.
Mari kita renungkan artikel diatas, kalau dirasa baik mari kita mulai untuk melakukannya agar tidak ada penyesalan dihari tua. Selamat Merenung !